"Pergilah sedih, pergilah resah, jauhkanlah aku, dari segala prasangka.. Pergilah gundah, jauhkan resah.. Lihat segalanya... Lebih dekat... Dan ku bisa menilai, lebih bijaksana...."
Aku akui aku memang belum cukup dewasa.
Aku memang belum cukup faham dan mengerti segala problematika yang datang satu persatu dalam fikiranku.
Aku memang belum mengerti bagaimana menarik hikmah dari setiap olahan-olahan masalah yang berkecamuk dalam dadaku.
Aku hanya sibuk dengan fikiranku.
Tak jua temui ujung jawaban bijaksanaku.
Hanya bongkahan-bongkahan kecurigaan yang selalu mendominasi tiap ruang kosong dalam hati&jiwaku.
Berteori memang mudah.
Berucap kata memang lugas.
Namun sebuah realita terlalu sulit untuk didefinisikan.
Hingga aku gugup, gamang, beku dan.... tak tahu apa yang harus aku lakukan.
Tak tahu harus berbuat apa setelahnya.
Tak tahu untuk apa.
Tak tahu harus bagaimana.
Tak tahu ingin menjadi seperti apa.
Aku hanya ingin berlari.....
Berlari..... Berlari sejauh mungkin......
Terus berlari hingga aku benar-benar merasa cukup untuk menangis.....
Tangis yang samar mengintip lewat tetesan tiap keringatku...
Tak ingin aku tunjukkan..
Tapi aku begitu ingin berteriak...
Entah semua penat lalu, kini dan nanti menjadi sebuah kekhawatiran&kekecewaan yang menggumpal menjadi satu dan bersiap untuk meledak..
Tak tahu ingin ku ledakan dimana...
Tak tahu dimana harus aku mencari pundak seperti yang ku tahu...
Bukan masalah cinta atau keluarga....
Tapi ego dan hati..
Berebut untuk segera diselesaikan.
Ini salahku atau siapa? Ini aku atau siapa? Mengapa keadaan begitu mudah berubah?
Ini bukan aku. Ini belum aku.
Mereka seakan menatapku dengan kedua mata yang tak acuh. Tak guna. Sampah.
Negatifku meronta-ronta ketika ku lihat mereka menatapku.
Tak boleh!!! Aku tau tak boleh..
Tapi entah mengapa, energi negatif itu lebih mudah meracuni mata batinku ketimbang energi-energi positif..
Mungkin karna intensitas energi positif yang akhir-akhir ini jarang aku dapatkan.. Disini. Ditempat ini..
Tenggorokanku tercekat. Aku tau aku salah. Aku tau aku jahat. Aku tau aku tak sempurna. Aku tau aku kurang. Aku tau aku tak pantas. Aku tau aku............. argh
Aku memang tak lebih baik, tapi.... banyak hal yang belum mereka tau. Mereka belum mengenalku.
Begitupun aku, aku belum mengenal mereka..
Tapi entah mengapa aku selalu merasa mereka menutup tangan mereka ketika aku mengulurkan tanganku...
Atau apa yang kulakukan belum cukup? Harus kubuka dulu-kah kacamata pandanganku?
Harus ku ubah dulu kah sudut pandangku? Apa harus aku harus berubah dulu menjadi orang lain?
Biarlah mereka tak menyenangiku. Jika memang itu pilihannya....
Tapi............................................
Ah. Sudah, entah harus kubawa kemana pertanyaan-pertanyaan ini..
Entah harus dimana kutemukan jawabnya..
Ku fikir harus aku sendiri yang memungut jawaban-jawaban itu..
Meski tanganku harus ada dibawah, meminta-minta jawaban...
"Hei masalah! Lihatlah aku mempunyai Allah Yang Maha Besar!"
Semoga semoga dan semoga. Semoga...
Aku akui aku memang belum cukup dewasa.
Aku memang belum cukup faham dan mengerti segala problematika yang datang satu persatu dalam fikiranku.
Aku memang belum mengerti bagaimana menarik hikmah dari setiap olahan-olahan masalah yang berkecamuk dalam dadaku.
Aku hanya sibuk dengan fikiranku.
Tak jua temui ujung jawaban bijaksanaku.
Hanya bongkahan-bongkahan kecurigaan yang selalu mendominasi tiap ruang kosong dalam hati&jiwaku.
Berteori memang mudah.
Berucap kata memang lugas.
Namun sebuah realita terlalu sulit untuk didefinisikan.
Hingga aku gugup, gamang, beku dan.... tak tahu apa yang harus aku lakukan.
Tak tahu harus berbuat apa setelahnya.
Tak tahu untuk apa.
Tak tahu harus bagaimana.
Tak tahu ingin menjadi seperti apa.
Aku hanya ingin berlari.....
Berlari..... Berlari sejauh mungkin......
Terus berlari hingga aku benar-benar merasa cukup untuk menangis.....
Tangis yang samar mengintip lewat tetesan tiap keringatku...
Tak ingin aku tunjukkan..
Tapi aku begitu ingin berteriak...
Entah semua penat lalu, kini dan nanti menjadi sebuah kekhawatiran&kekecewaan yang menggumpal menjadi satu dan bersiap untuk meledak..
Tak tahu ingin ku ledakan dimana...
Tak tahu dimana harus aku mencari pundak seperti yang ku tahu...
Bukan masalah cinta atau keluarga....
Tapi ego dan hati..
Berebut untuk segera diselesaikan.
Ini salahku atau siapa? Ini aku atau siapa? Mengapa keadaan begitu mudah berubah?
Ini bukan aku. Ini belum aku.
Mereka seakan menatapku dengan kedua mata yang tak acuh. Tak guna. Sampah.
Negatifku meronta-ronta ketika ku lihat mereka menatapku.
Tak boleh!!! Aku tau tak boleh..
Tapi entah mengapa, energi negatif itu lebih mudah meracuni mata batinku ketimbang energi-energi positif..
Mungkin karna intensitas energi positif yang akhir-akhir ini jarang aku dapatkan.. Disini. Ditempat ini..
Tenggorokanku tercekat. Aku tau aku salah. Aku tau aku jahat. Aku tau aku tak sempurna. Aku tau aku kurang. Aku tau aku tak pantas. Aku tau aku............. argh
Aku memang tak lebih baik, tapi.... banyak hal yang belum mereka tau. Mereka belum mengenalku.
Begitupun aku, aku belum mengenal mereka..
Tapi entah mengapa aku selalu merasa mereka menutup tangan mereka ketika aku mengulurkan tanganku...
Atau apa yang kulakukan belum cukup? Harus kubuka dulu-kah kacamata pandanganku?
Harus ku ubah dulu kah sudut pandangku? Apa harus aku harus berubah dulu menjadi orang lain?
Biarlah mereka tak menyenangiku. Jika memang itu pilihannya....
Tapi............................................
Ah. Sudah, entah harus kubawa kemana pertanyaan-pertanyaan ini..
Entah harus dimana kutemukan jawabnya..
Ku fikir harus aku sendiri yang memungut jawaban-jawaban itu..
Meski tanganku harus ada dibawah, meminta-minta jawaban...
"Hei masalah! Lihatlah aku mempunyai Allah Yang Maha Besar!"
Semoga semoga dan semoga. Semoga...
No comments:
Post a Comment